Monday, November 19, 2007

Eksperimen Small world

Liputan oleh CNN (tahun 2003) tentang eksperimen yang kami lakukan.
Transkrip wawancara saya ini bisa juga dilihat disini.

Wednesday, September 5, 2007

Networking

Semua orang setuju bahwa networking adalah penting. Banyak masalah individu atau organisasi diselesaikan dengan bertemu dengan orang yang tepat.

Karena itu tidak heran jika situs yang mengklaim berguna untuk networking bermunculan.

Masalah utama dari situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace atau Friendster adalah situs-situs tersebut tidak di buat secara khusus untuk berfungsi sebagaimana jejaring sosial harusnya berfungsi, yaitu untuk networking.

Tentu ada individu yang mendapat manfaat, seperti mendapatkan pacar, pekerjaan, proyek, atau membeli barang, dari situs-situs tersebut. Tetapi bagi kebanyakan orang yang mencari barang atau jasa, iklan mini di koran, majalah, atau internet lebih berguna daripada situs jejaring sosial.

Artinya, meskipun kita memiliki ribuan teman di situs jejaring sosial, tidak jelas manfaat atau artinya apa. Ini karena jejaring sosial bekerja bukan sebagai list nama atau foto seperti situs-situs tersebut.

Mengetahui koneksi dalam jejaring sosial sangat berbeda dengan kemampuan mengakses koneksi tersebut.

Terlepas dari trend yang sekarang terjadi. Masih ada pertanyaan besar:
Bagaimana menterjemahkan networking menjadi sebuah situs di Internet?

Sampai sekarang jawabannya masih ad-hoc (dalam bentuk situs-situs jejaring sosial) dan belum dilakukan secara sistematis.

Sebagian dari masalahnya adalah kita belum mengerti benar bagaimana networking bekerja. Meskipun kita sudah melakukan networking sehari-hari, tapi belum ada teori atau penjelasan sistematis kapan networking bisa berjalan baik dan kapan tidak.

Monday, August 20, 2007

Bukan lagi teman

Di tengah persaingan yang ketat, operator telepon seluler mengeluarkan beberapa paket percakapan untuk menarik pelanggan.

Salah satu teknik yang dipakai adalah dengan menawarkan pembicaraan murah antara orang yang memiliki jejaring telepon yang sama. Misalya, jika anda pelanggan Mentari maka anda mendapat potongan besar jika berbicara atau mengirim pesan kepada pelanggan Mentari lain.

Strategi pemasaran ini ternyata berdampak pada pola pertemanan.

Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa jejaring telepon seluler ini adalah cermin dari jejaring pertemanan.

Artinya, diantara teman-teman yang dimiliki oleh seseorang, yang cenderung menjadi teman terdekat adalah mereka yang memiliki telepon dari operator yang sama. Karena komunikasi diantara mereka lebih sering terjadi yang akhirnya membuat mereka menjadi teman dekat.

Jadi disini teknologi merubah pola interaksi sosial.

Saya juga memiliki pengalaman tentang bagaimana teknologi bisa mempengaruhi pola pertemanan saya.

Ada teman dekat saya di Indonesia yang jarang online, akhirnya saya jarang komunikasi dengan dia. Saya lebih sering berkomunikasi dengan kawan yang tidak terlalu dekat - tapi menjadi dekat- karena sering online. Di Indonesia saya coba maen-maen dengan kawan dekat saya itu, tapi ternyata sulit karena sudah banyak yang ketinggalan tentang kehidupan masing-masing (karena itu gosip berguna agar orang tetap bisa tahu apa yang terjadi dengan temannya).

Autisme dan Jejaring Sosial

Di posting sebelumnya saya menyebutkan bahwa penyebaran autisme juga dapat dijelaskan melalui jejaring sosial.

Bagaimana percisnya?

Di Amerika, dan juga di Indonesia, jumlah kasus autisme meningkat tajam. Tapi apa penyebab peningkatan ini masih belum jelas.

Ada dua teori yang menjelaskan peningkatan kasus autisme. Pertama adalah autisme meningkat karena kemampuan mendiagnosis autisme yang meningkat. Dengan kata lain, mungkin saja jumlah penderita autisme sebetulnya cenderung tetap, tetapi karena kita sekarang mampu mendeteksi dengan lebih baik. Maka kasus yang sebelumnya tidak terdeteksi menjadi terdeteksi sehingga dalam pencatatan kasus autisme meningkat.

Kemungkinan kedua adalah memang jumlah penyakit autisme ini bertambah.

Dari penelitian yang sedang berlangsung di Columbia, kemungkinan besar meningkatnya kasus autisme ini disebabkan oleh diagnosis yang lebih sensitif.

Jadi epidemik autisme dapat terjadi dengan mekanisme berikut:

Ketika seorang anak didiagnosis memiliki autisme, orang tua dari teman anak tersebut cenderung ingin tahu apakah anak mereka juga mengidap autisme. Jadi permintaan untuk diagnosis autisme meningkat; yang lalu menyebabkan dokter dan sekolah menjadi lebih sensitif terhadap autisme sehingga lebih besar kemungkinan mendeteksi autisme. Selanjutnya autisme akan terus menjadi lebih terlihat secara publik yang akhirnya lebih meningkatkan permintaan untuk diagnosis autisme.

Jadi orang berlomba-lomba melakukan diagnosis yang menyebabkan lebih banyak lagi orang yang ingin melakukan diagnosis.

Ini bukan berarti autisme hanyalah histeria sosial. Autisme adalah penyakit nyata (saya memiliki seorang keponakan yang autis). Akan tetapi, epidemik autisme lebih mungkin disebabkan oleh faktor jejaring sosial daripada penyakit itu sendiri.

Friday, August 17, 2007

Dunia Kecil Pasar Keuangan

Bursa saham di dunia sedang mengalami krisis.

Salah satu korban terbesar dari krisis sekarang adalah apa yang dikenal sebagai Quant Fund. Quant Fund adalah perusahaan investasi yang melakukan investasi yang seluruhnya dipandu oleh model komputer. Setiap keputusan transaksi beli atau jual dilakukan secara otomatis dengan algoritma komputer.

Pendekatan kuantitatif ini cukup populer. Salah satu pelopornya, James Simons (:wikipedia), bekas profesor dan ketua departemen Matematika menjadi manager fund tersukses dengan memperoleh penghasilan $1,7 miliar atau sekitar Rp. 15 Trilyun! pada tahun 2006 (bandingkan dengan total gaji anda tahun lalu).

Tetapi, ternyata metode otomatis ini memiliki kelemahan. Diantaranya adalah algoritma yang tidak bisa menangkap aura krisis, sehingga banyak perhitungan yang meleset.

Kelemahan lain yaitu adanya keterikatan yang sangat dekat antara pelaku quant fund ini. Koran New York Times melaporkan bahwa para quant fund ini saling mengenal satu sama lain dan mereka memiliki strategi investasi yang mirip. Mereka lulusan dari sekolah yang sama dan sering menghabiskan waktu luang bersama-sama pula.

Karena itu mereka memiliki model komputer yang cenderung mirip. Sehingga ketika semua program komputer menyarankan "JUAL", terjadi penjualan secara besar-besaran yang mengakibatkan pasar runtuh dengan cepat.

Keterikatan melalui jejaring sosial inilah menjadi salah satu penyebab cepatnya penjalaran krisis finansial.

Wednesday, August 15, 2007

Mati Listrik: Alokasi risiko dalam sistem interdependen

Satu masalah yang saya harus hadapi selama tiga bulan tinggal di Indonesia adalah seringnya listrik mati.

Selama tinggal di New York, mati listrik bukanlah masalah yang saya pikirkan atau antisipasi. Meskipun bukan berarti listrik di New York tidak pernah mati; ingat Blackout 2003 (:wikipedia), ketika listrik mati selama 24 jam untuk sebagian besar pantai timur Amerika.

Dari yang saya baca koran, PLN merasa tidak memiliki kontrol dan tanggung jawab ketika listrik mati karena penyebabnya adalah tidak berfungsinya sebuah generator listrik yang bukan milik PLN melainkan milik swasta.

Sedangkan di Amerika, solusi yang banyak ditawarkan untuk mencegah terjadinya mati listrik secara massal adalah penambahan daya listrik.

Sikap PLN yang menolak bertanggung jawab dan solusi penambahan daya listrik seperti di Amerika adalah contoh kesalahan manajemen risiko dalam sistem yang saling berhubungan satu sama lain.

Dalam sistem yang interdependen, sebuah kesahalan atau risiko dapat menyebar secara cepat.

Akibatnya, perusahaan atau pihak yang menjadi sumber kesalahan cenderung berpikir seperti ini: Jika kesalahan yang saya buat menimpa orang banyak maka itu bukan menjadi masalah saya saja. Tapi juga menjadi tanggungan orang lain (pemerintah, misalnya). Maka saya tak perlu menghabiskan biaya dan waktu untuk mencegah terjadinya kesalahan.

Dengan kata lain, ketika risiko publik lebih besar daripada risiko pribadi, kecil insentif untuk mencegah kesalahan tersebut.

Ada dua solusi untuk mencegah ini terjadi:

Pertama adalah solusi berdasar mekanisme market: Setiap pihak yang melakukan kesalahan harus menanggung segala biaya perbaikan dimanapun terjadi kerusakan.

Artinya dalam kasus mati listrik: pembangkit listrik yang menyebabkan penyebaran pemadaman harus bertanggung jawab sepenuhnya. Meskipun listrik yang mati mencapai daerah diluar operasinya. Ini membuat insentif yang jelas bagi setiap pembangkit listrik untuk berusaha semaksimal mungkin mencegah terjadinya kesalahan.

Jika PLN memegang monopoli di Indonesia maka PLN harus bertanggung jawab. PLN bisa lepas tanggung jawab jika ada mekanisme pasar dalam penyediaan jasa listrik.

Cara kedua adalah dengan regulasi pemerintah: mengeluarkan standar keamanan yang dimonitor secara ketat dan hukuman berat bagi pelanggar.

Bisa pendekatan market atau regulasi yang dipakai, silahkan pilih salah satu.

Yang jelas sistem untuk pembagian risiko ini harus jelas dulu sebelum mengambil langkah lain seperti membangun pembangkit listrik baru.

Monday, August 13, 2007

Kegemukan menular?


Penyakit menular menyebar melalui jejaring sosial.

Pernyataan ini mudah diterima untuk penyakit menular seperti flu atau penyakit seksual. Kita bersin atau batuk dan menulari orang sekitar kita. Orang sekitar kita ini cenderung mereka yang termasuk jejaring sosial kita, misalnya rekan sekantor atau keluarga. Juga penyakit seksual ditularkan melalui hubungan seks dan membentuk jejaring sosial seksual.

Bagaimana dengan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik? Masihkah jejaring sosial berperan penting dalam penyebaran penyakit genetik?

Jawabnya ternyata iya. Penyakit genetik pun dapat menyebar melalui jejaring sosial.

Beberapa hari yang lalu, koran New York Times meliput hasil penelitian mengenai obesitas dan hubungannya dengan jejaring sosial.

Sebuah penelitian yang meneliti 12.067 orang selama 32 tahun menemukan bahwa jika seseorang berat badannya naik, maka teman-teman terdekatnya cenderung berat badannya naik juga. Demikian juga dengan temannya teman dan seterusnya.

Jadi kegemukan bisa menyebar dalam jejaring sosial seperti virus.

Ternyata bukan kegemukan saja yang bisa menyebar seperti virus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebaran autisme, depresi, bunuh diri, merokok dan berenti merokok juga banyak ditentukan oleh jejaring sosial.

Yang terjadi adalah orang cenderung untuk mengikuti perilaku orang-orang terdekatnya.
Sehingga mengerti bagaimana orang-orang ini terhubung satu sama lain dalam jejaring sosial menjadi penting.

Selain itu, hal ini juga menunjukkan bagaimana berbagai macam jejaring berinteraksi satu sama lain. Dalam kasus penyakit, jejaring sosial berhubungan dengan jejaring penyakit yang berhubungan dengan jejaring metabolisme seperti dapat dilihat pada ilustrasi di atas.